9 Desember 2014

Genk Cabe

Mengajar sempoa aritmatika adalah program kerja individu saya saat di lokasi KKN. Saya memang sempat menamatkan kursus sempoa selama kurang lebih tiga tahun saat duduk di bangku Sekolah Dasar. Meskipun sudah cukup lama, tapi saya masih mahir dalam menggunakan sempoa disebabkan operasi aritmatika (seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian) yang tidak pernah lepas dari kehidupan sehari-hari. 

Selama dua bulan menjalani KKN di desa Tappale, saya menerapkan materi sempoa di dua tempat yang berbeda. Di pagi hari saya mengajar di SDN 186 Tappale, dan malamnya saya membuka kursus di posko untuk adik-adik tetangga. Peserta kursus sempoa saya berjumlah sepuluh orang, dengan kisaran umur 13-16 tahun. Masing-masing dari mereka bernama Nadia, Tenri, Sarinah, Irma, Wati, Winda, Sari, Syahrul, Yayat, dan Rendi.

Kak Nunuu dan adik-adik sempoa

Di awal-awal pertemuan, kesepuluh anak ini lumayan awam dengan istilah sempoa. "Apa itu, kak?," begitulah respon mereka ketika saya bertanya, pernah melihat atau menggunakan sempoa atau tidak. Namun seiring malam berganti, beberapa dari mereka mengalami kemajuan yang kilat. Saya sampai menahan haru ketika mereka begitu ulet berlatih di luar jam kursus, bahkan menggunakan biji asam ketika tidak kebagian sempoa. 

Lambat laun, beberapa dari mereka mulai mengompakkan gaya berpakaian serta aksesoris saat akan kursus di posko. Ya, saat belajar sempoa, bando ala-ala 7 icons tidak pernah absen bertengger di kepala mereka. Bahkan, gurunya juga ikutan.......... ckck


bando lucu - cukup tiga ribu saja

Akhirnya, posko kami (re: saya dan teman-teman) tidak hanya dijadikan sebagai tempat belajar dan mengerjakan PR oleh adik-adik sempoa, tetapi juga sebagai tempat bermain, tempat ngumpul, bahkan tempat meluapkan keahlian masak-masak mereka. Saya sampai menjuluki mereka dengan sebutan "genk cabe" dikarenakan hobi mereka sering naik motor bertiga bahkan berempat, suka tertawa histeris kalo lagi ngomongin orang, dan punya gaya khas ketika sedang bertemu.

katanya, lagi bikin eci-eci.. oh, rupanya bakwan

Menjelang penarikan, saya mengadakan lomba untuk mereka dengan bersaing mengerjakan soal menggunakan sempoa maupun mental (sempoa bayangan). Dengan iming-iming yang pekerjaannya paling bagus dapat hadiah, akhirnya dari jauh-jauh hari mereka berlatih dan tidak lupa meminta bocoran soal. Pada hari yang telah ditentukan, anggota genk cabe sudah meramaikan ruang tamu posko dengan keriuhannya. Sembari menunggu saya yang saat itu masih bersiap-siap, Tenri dengan semangat bertanya, "kak Nunuuu.. apa hadiahnya kah? Lalu Yayat, si murid paling usil menimpali, "kak Nunuu, tidak minta jeka saya hadiah yang mahal-mahal, kasi meka saja sempoa ta'," dan direspon dengan anggukan oleh murid-murid yang lain. "Iya dek, nanti kalo balik ke Tappale lagi, saya bawakan sempoa nah," jawabku penuh haru.

Final test


Usai membagi-bagikan coklat sebagai hadiah atas pencapaian soal yang mampu mereka kerjakan, mereka melanjutkan malam dengan bermain kartu dan karambol bersama. Ya, sebab malam itu merupakan malam kedua dari terakhir saya di sana. Sampai akhirnya malam semakin larut, si genk cabe pun memutuskan untuk pulang dan menyempatkan menulis beberapa kalimat di karton yang biasa saya dan teman-teman gunakan untuk menuliskan agenda-agenda penting selama melaksanakan KKN. Sebenarnya, saya sempat mengabadikan tulisan-tulisan yang termuat di karton tersebut, tapi memory card saya rusak, dan alhasil semua gambarnya hilang, hikshiks. Beberapa kalimat yang masih mengena di kepala saya, yaitu:

"Kak Nunuu, terima kasih karena sudah sabar mengajari kami sempoa, terutama Winda dan Sari...."
"Kak Nunuu, jalan-jalan ki' lagi ke Tappale ajarki genk cabe..."
"Kak Nunuu, datang ki' lagi berenam sama teman-temanta"
...............................

Dan, tidak ada hal lain yang mampu saya lakukan kecuali, .................... terisak.

                                                                          ***

Pada saat acara perpisahan bersama warga desa Tappale, tidak ketinggalan genk cabe juga turut serta. Setelah menangkap ikan, membakar ikan, dan kemudian melahapnya sampai puas, kebanyakan anak-anak melanjutkan acara dengan mandi-mandi di sungai. Namun, saya yang notabene bukan anak-anak, malah ikutan basah kuyup disebabkan keusilan personil genk cabe, huft. Meskipun begitu, saya senang bisa membuat mereka tertawa lepas karena telah berhasil menceburkan saya dan kedua teman saya yang lain, yaitu Kezia dan Ira. 

di balik rangkulan Syahrul, ada motif penceburan yang tersembunyi

Selamat tinggal desa Tappale.. selamat tinggal adik-adik sempoaku.. tentu saja kita akan berjumpa di lain kesempatan :)